Profesi petani di negara ini masih
dianggap tidak menarik karena identik dengan kerja kotor, kasar, di tengah terik matahari dan selalu bermadi keringat. Tak heran jika anak muda
jaman sekarang enggan menjadi petani. Profesi sebagai petani tidak
segemerlap profesi lainnya seperti PNS, dokter, perawat atau guru, apalagi dibanding menjadi
anggota dewan yang terhormat. Bahkan anak muda di kampung-kampung yang putus
sekolah lebih memilih menjadi tukang ojek ketimbang
petani. Namun bagi bapak Blasius Bon profesi petani telah mendatangkan berlimpah rezeki.
Setelah membuat perjanjian akhirnya aku
berhasil bertemu petani sukses itu di kebunnya.
Melihat kedatanganku bapak Blasius berhenti menyemprot tanaman Tomat dan
Cabe yang sudah berbuah. “Lanjutkan saja penyemprotannya pak”. Kataku setelah berjabatan tangan. “Baik bu,
kebetulan tanggung, sebentar lagi selesai,” jawabnya ramah.
Tak bosan-bosan aku memotret tanaman Tomat
dan Cabe miliknya. Baru pertama
kali aku melihat sistem tanam tumpang
sari Tomat dan Cebe di Manggarai dan ditata sangat rapih. Saking asyik menikmati dan mengagumi
tanaman-tanaman tersebut, tak sadar
kalau bapak bapak Blasius telah berada disamping, “maaf bu, pekerjaanku baru tuntas”. “Tidak
apa-apa, jangan sampai kedatangan saya mengganggu kesibukan bapak.” Jawabku. “Kita ngobrol di pondok
saja.” Mendengar ajakannya aku hanya mengangguk sambil tersenyum, udara panas
dan sengatan mentari menyemangati
langkahku menuju pondok di seberang sawah. Kami ngobrol di depan teras, aku menceritakan
tujuan kedatangan dan bertanya banyak
tentang usahanya.
Bapak Blasius Bon adalah seorang warga
Desa Wae Rii, Kec. Wae Rii, Kabupaten Manggarai. Belau telah merintis usahanya
sejak tahun 2006. Awalnya hanya menanam sawi putih di pekarangan rumah. Tahun
2008 PPL pendamping desa Wae Rii, bapak Benny Patut memfasilitasi
pembentukan kelompok tani yang diberi nama kelompok tani Golo Rii dan
beliau ditunjuk sebagai ketua.
Setelah kelompok tani terbentuk banyak bantuan instansi terkait yang
masuk. Dari tahun ke tahun usahanya terus
berkembang, lahan pekarangan yang sempit
ditinggal dan pindah ke lokasi Norang. berbagai macam tanaman sayuran
dibudidayakan seperti boncis, kacang panjang, brokoli, cabe dan tomat. Melihat kesuksesannya, perusahaan Cap Panah
Merah/PT East West Seed Indonesia (perusahaan benih sayur terpadu) mengirim beliau magang selama 1 minggu ke
Purwakarta, Jawa Barat. Setelah magang sistem pengolahan lahan dan budidaya
tanaman sayuran semakin sempurna
sehingga produksi menjadi berlipat ganda. Kini luas lahan yang digarapnya
menjadi 0,25 ha, berapa petak sawah disulap menjadi lahan sayuran. Penanaman dilakukan secara bertahap dengan mengatur waktu tanam sehingga umur tanaman tidak seragam,
tujuannya agar waktu panen pun bertahap, terus menerus tanpa istirahat. Jadwal tanam, panen dan jumlah produksi dicatat sangat
rapih dalam sebuah buku. Jenis tanaman
yang sedang dikembangkan saat ini antara lain : (1) Cabe merah besar ditanam pada lahan
seluas 7 m x 25 m, telah dipanen sejak bulan Pebruari 2015 sebanyak 1,460 Ton, dipasarkan secara bertahap dan
memperoleh keuntungan bersih Rp. 25.00.000,-
(dua puluh lima juta rupiah). Selain itu ada juga tanaman Cabe merah besar yang ditanam pada areal tumpang sari, akan
dipanen mulai bulan Nopember 2015,
diprediksi keuntungan bersih sebesar Rp. 10.000.000,-
(sepuluh juta rupiah); (2) Tomat Servo mulai panen bulan Agustus 2015,
diprediksi akan memperoleh keutungan dalam
waktu 4 bulan sebanyak Rp. 4.000.000,- (empat juta rupiah). Jika dihitung total keuntungan
yang akan diperoleh bapak Basilius pada tahun 2015 sebesar + Rp.
39.000.000,- (tiga puluh sembilan juta rupiah). “Wooouuuwww luar biasa,” bhatinku.
Selain tekun dalam mengembangkan
usaha, bapak Blasius seorang yang
tidak pelit ilmu, sudah banyak warga sekitar yang datang berguru padanya. Setiap
tahun ada acara belajar bersama PPL dan perusahaan Cap Panah Merah di kebun
miliknya. Bahkan karena sistem
budidaya yang diterapkan sangat baik dan menarik serta letak kebun cukup strategis yaitu di persimpangan jalan menuju kantor
kecamatan Wae Rii banyak petani desa lain meniru jejaknya.
Stelah ngobrol cukup lama dan mendapat
bonus informasi menarik aku mengajak beliau
untuk kembali ke kebun sayuran. “Sekarang
giliran bapak kupotret”. Aku menyuruhnya berdiri diantara tanaman dan membidik
berkali-kali.
Kisah sukses bapak Blasius Bon
bisa menjadi pelajaran berharga untuk kita semua, Tuhan telah memberi lahan
yang subur, tinggal bagaimana kita mengolahnya untuk menghasilkan sesuatu yang
bernilai ekonomis. Menurut bapak Blasius
“ tidak sulit menjadi petani sukses, cukup ada kemauan, tekun dan ikhlas dalam menggeluti
pekerjaan. Kotor, kasar dan terik sinar matahari jadikan sahabat yang mendatangkan rezeki”.
mantap Ibu,,, sering-sering posting dong,,, mampir juga di, http://desawaerii.co.id//
BalasHapusmakasih komentarnya pak. Banyak postingan saya di blog ini..akan saya kunjungi web desa wae rii. Mantap...
HapusMantap bu.
BalasHapusTerima kasih sudah mengunjungi blog saya..
HapusPostingan yg sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih
Hapus